Lombok Timur, Hariannusra.com - Tuan Guru Banjang (TGB) KH. Muhammad Zainul Majdi mengingatkan Tenaga Pengajar di Lingkup Lembaga Pendidikan Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) untuk menyesuaikan cara mengajar dengan perkembangan zaman.
Hal tersebut dikatakan TGB saat memberikan tausiyah dalam acara Hari Ulang Tahun (Hultah) NWDI ke-87 dan Haul Almugfurullah Maulanasyaikh TGKH. Muhammad Zainudin Abdul Madjid di Pancor, 18 September 2022.
TGB Zainul Majdi menceritakan ketika dirinya masih menempuh pendidikan di Mualimin Pancor pernah mendapatkan hukuman secara fisik sebanyak dua kali oleh gurunya waktu itu.
Meski mendapatkan hukuman fisik, namun TGB menerima hukuman tersebut dan menganggapnya sebagai bentuk kasih sayang guru terhadap muridnya.
"Tapi setelah itu (dihukum) kok gampang bahasa Inggris, setelah punggung saya dipukul garisan bisa kita faham sedikit-sedikit sinus,cosinus trianggel. Tapi itu dulu" ungkap Doktor jebolan Al-Azhar Mesir ini.
Tapi hari ini, Lanjut TGB, seiring dengan perkembangan kehidupan dan perkembangan nilai. Maka, cara yang dulu mungkin bisa dibenarkan sebagai salah satu cara untuk mendidik, baik itu dengan hukuman fisik yang saat itu bisa dibenarkan karna situasi dan tata nilai yang memungkinkan.
Dikarenakan dunia sudah berubah, TGB meminta kepada tenaga pengajar di NWDI untuk tidak menghukum muridnya dengan hukuman yang bisa menyakiti fisik siswa-siswi.
"Prinsip pendidikan tetap ada. yakin, ikhlas, istiqomah dan mahabaah, tapi cara kita sesuaikan. sekarang ada aturan hukum, ada kesepakatan tentang HAM yang juga harus kita hormati" jelasnya.
Lebih Jauh mantan Gubernur NTB dua periode menjelaskan bahwa guru yang melakukan tindakan fisik terhadap muridnya, bisa saja guru tersebut dilaporkan ke pihak kepolisian karena tindakan tersebut terdapat tindak pidana.
Hal tersebut merupakan bentuk perubahan zaman yang tidak perlu di keluhkan oleh guru, namun tetap diikuti karena tindakan fisik tersebut bukan merupakan hal yang esensial.
Masih kata TGB, Sesuatu cara yang cocok diterapkan pada zaman dahulu belum tentu cocok pada zaman saat ini. Cara-cara tersebut harus disesuaikan agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan baik dan tidak menimbulkan fitnah bagi lembaga pendidikan.
TGB menyampaikan hal tersebut di akhir pidatonya secara khusus dan mengingatkan berulang-ulang agar permasalah yang timbul akibat tindakan kekerasan yang sedang dialami beberapa pondok pesantren lain tidak terjadi di Lembaga NWDI.
Ia menduga, Ponpes yang tengah mengalami permasalahan tersebut, mungkin tidak berniat mencelakai santrinya. Namun, karena ada tindakan fisik hal tersebut akhirnya terjadi yang mengakibatkan masalah hukum dan merusak reputasi Ponpes yang sudah dibangun puluhan tahun.
"ini saya minta perhatian semua tingkatan. mari kita cari cara lain, insyaAllah kita tidak kekurangan cara untuk mendidik anak kita menjadi insan yang baik" Tutup TGB. (HN)